RSS

LUMAJANG – TIRIS 5 JUNI 2022

DANAU BETOK 2

DANAU BETOK 2

Lumajang – Tiris

Hari pertama kami memulai perjalanan ke serangkaian tujuan utama kami. Hari ini, kami akan berkunjung ke Kecamatan Tiris, Kab. Probolinggo. Tempat pertama yang akan kami datangi adalah Ranu Segaran lalu Ranu Merah. Letak kedua danau ini tidak terlalu jauh jika dilihat di peta. Gmaps menunjukan tiga jalur yang bisa dilalui. Jalur terdekat yaitu melewati Randuagung kemudian Tunjung, Kalipenggung, Tlogosari. Jalur kedua melewati Randuagung lalu Jatiroto, melipir sedikit ke Kaliglagah Jember, Andungsari. Jalur ketiga, sekaligus jalur terpanjang melalui Klakah, Klenang, Ranuagung.

Karena Google Street View tidak menampilkan semua kondisi jalur, maka kami memutskan untuk mencoba jalur Randuagung – Tunjung – Kalipenggung – Tlogosari. Kami berangkat dari Lumajang sekitar jam 10.00 WIB dengan kondisi cuaca yang lumayan cerah. Setelah kemarin hujan badai siang hingga sore hari disambung gerimis hingga tengah malam. Kami full melewati jalur yang ditunjukkan Gmaps. Kami mengambil jalur menuju Jalan Lingkar Timur Lumajang, lalu, Gmaps mengarahkan kami ke jalan potong menuju Kecamatan Randuagung melalui Desa Umbul Kec. Kedungjajang lalu Desa Banyuputih, Kec. Randuagung. Kondisi jalan meskipun kecil, hanya cukup dua truk tebu papasan, tapi kondisinya full aspal mulus hingga pusat Kecamatan Randuagung. Arus lalu lintas di jalur ini pun tidak terlalu ramai, meskipun hari Minggu.

DANAU BETOK 3

DANAU BETOK 3

Setiba di Kecamatan Randuagung, kami mengarahkan motor ke arah Puskesmas Tunjung, berpisah dengan jalan utama. Tepat di pertigaan, memang ada penunjuk arah menuju Tiris, searah dengan arah Puskesmas Tunjung. Kondisi jalan masih aspal mulus, arus lalu lintas menjadi lebih sepi. Sampailah kami di rumah terakhir sebelum memasuki area kebun tebu. Ternyata, tidak jauh dari rumah terakhir, kami ternyata memasuki area PTPN Perkebunan Kalijeruk Baru afdeling Kalibanter. Ternyata perkebunan yang kami lihat di maps bukanlah area kebun tebu, melainkan perkebunan karet. Di gapura masuk PTPN ini, sudah tidak bisa dilihat di Google Street View. Kami pun berharap jalannya tidak terlalu sulit.

Kondisi jalan langsung berubah 1800. Awalnya aspal desa mulus, berubah menjadi makadam. Semakin kami memasuki area perkebunan karet, jalan semakin mengecil. Bahkan jalan makadam pun sesekali berubah jadi tanah, karena batunya sudah menghilang. Semakin jauh ke dalam area perkebunan, kondisi jalan semakin parah ditambah awan yang semakin menghitam.

Sudah tidak ada warga yang melintas dan tidak ada lagi permukiman penduduk. Murni benar-benar jalur di tengah hutan karet. Pilihan kami hanya maju terus menerjang lumpur atau putar balik. Untungnya, di tengah perjalanan, kami bertemu dua bapak yang sedang mencari rumput. Kami pun bertanya mengenai informasi kondisi jalur dan medan di depan serta titik tembusan di Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo.

DANAU BETOK 4

DANAU BETOK 4

Menurut informasi dari bapak ini, memang benar jalur yang sedang kami lewati bisa tembus ke Tiris, tepatnya di Desa Tlogosari. Hanya saja semakin ke dalam area perkebunan, jalannya akan semakin hancur. Bahkan ada beberapa titik yang jalannya tanah berlumpur. Kedua bapak tadi pun menyarankan kami melewati jalur Kaliglagah saja (jalur kedua di maps) Karena kami sudah paham jalur yang dimaksud bapak ini, kamipun langsung berterimakasih, pamitan, lalu putar arah kembali ke pertigaan Puskesmas Tunjung. Setiba di pertigaan, kamipun mengambil jalur utama Randuagung – Jatiroto – Sumberbaru. Ini adalah jalur kedua yang ditunjukan Gmaps.

Karena merupakan jalan utama, perjalanan kami pun terasa cepat, ditambah jalan yang berupa aspal mulus dengan lalu lintas yang sepi. Tidak terasa, kami pun tiba di simpangan di Jatiroto. Jika kami terus bablas mengikuti jalan raya utama, kami masuk Kabupaten Jember. Kami pun belok kiri menuju jalur Kaliglagah Kondisi jalan masih aspal mulus dengan arus lalu lintas yang cukup sepi. Langit tampak semakin mendung. Jalur ini sedikit melipir masuk ke wilayah administrasi Kabupaten Jember. Terdapat pertigaan menuju objek wisata kebun teh Gunung Gambir di jalur ini. Kami memilih jalur yang berlawanan dengan arah menuju Gunung Gambir.

Perjalanan sedikit terhambat di sebuah jembatan yang melintasi Kali Kadungintan (sumber dari Gmaps). Lebar jalan mengecil, ditambah jalan yang sedikit berlumpur dan ada mobil yang mogok. Pada Google Street View, kondisi jalan setelah jembatan kembali sedikit jelek. Jalan desa dengan lapisan aspal teratas yang sudah menghilang ditambah lubang yang cukup dalam. Namun, ternyata ketika kami melintas, kondisi jalan setelah jembatan sudah aspal mulus.

DANAU BETOK 5

DANAU BETOK 5

Patokan kami di jalur ini adalah Bukit Ranggun, Kaliglagah, karena setelah lokasi ini, Google Street View sudah tidak ada lagi. Kondisi jalan masih tetap aspal mulus, bahkan setelah melewati Bukit Ranggun. Jalan akan memasuki area perkebunan karet dan Gunung Lemongan akan sedikit terlihat dari spot ini. Setelah melewati Kantor Desa Jambersari, jalur akan mulai memasuki area Kabupaten Probolinggo, tepatnya di Desa Andungsari, Kec. Tiris

Jalan yang semula aspal mulus, langsung berubah menjadi makadam. Awalnya, makadam masih biasa saja, tetapi, tepat ketika memasuki areal permukiman, makadam menjadi semakin parah. Medan jalan berupa turunan panjang, ditambah jalan basah karena hujan baru saja berhenti, cukup menghambat perjalanan kami. Belum lagi batuannya ada sebagian yang menghilang digantikan lumpur. Tidak hanya turunan, tanjakan pun ada di jalur ini Saya pun memutuskan untuk turun dan jalan kaki saja dulu sembari mengambil video seadanya. Ternyata, jalan kaki pun sangat sulit. Turunan ditambah lumpur pada batu menjadikan sepatu sering slip. Untungnya jalan ini sangat sepi. Hanya ada motor kami dan satu motor warga yang searah dengan kami.

Ada untungnya juga kami salah ambil jalur sebelumnya. Kalau tadi kami langsung ambil jalur Jember ini, bisa saja ketika kami melintas di jalur ini sambil diguyur hujan. Untungnya, dari posisi kami sekarang, lokasi tujuan kami sudah tidak terlalu jauh. Kami memutuskan untuk mengunjungi Ranu Segaran terlebih dahulu. Setelah kurang lebih tiga puluh menit, jalan yang kami lewati berakhir di persimpangan.  Jalur menanjak ke kanan sudah beton, sedangkan jalur menurun ke kiri masih makadam. Untungnya makadam di depan sana sudah tidak selicin sebelumnya. Ternyata, tujuan kami, Ranu Segaran, jalurnya yang menanjak. Sementara untuk menuju Desa Ranuagung, yang menurun ke kiri.

DANAU BETOK 6

DANAU BETOK 6

Ranu Segaran Dhuwes

Tadinya sempat mau saya lewat saja Ranu Segaran, karena perjalanan kami sudah sangat molor. Tetapi, dipikir lagi, sudah sampai sini, sayang kalau dilewat, belum tentu kapan lagi bisa ke sini. Akhirnya kami pun berbelok ke arah kanan. Jalan menanjak cukup panjang. Ujung tanjakan, mulai kembali melewati area permukiman penduduk. Harap-harap cemas, takut jalannya kembali rusak setelah melewati areal permukiman. Untungnya, jalan masih tetap beton dengan kondisi baik.

Saking senangnya kami bertemu jalan beton, kami sampai bablas. Ternyata kami sudah berada di atas area Ranu Segaran. Kami pun mencari area yang sedikit lebar untuk memutar arah. Medan yang sedang kami lewati berupa tanjakan panjang dengan lebar jalan yang hanya cukup untuk satu kendaraan mini bus. Cukup sulit jika memutarkan motor langsung di tanjakan.

DANAU BETOK

DANAU BETOK

Akhirnya kami menemukan lahan di samping sebuah SD untuk memutar arah. Jika diteruskan (dan bila memang ada jalannya), sebenarnya jalur ini bisa memutari Ranu Segaran satu putaran penuh. Tetapi, karena kami tidak dalam rangka mengeksplore Ranu Segaran secara khusus, jadi kami pun putar arah menuju jalan masuk menuju Ranu Segaran.

Jalan terdekat menuju area Ranu Segaran, ternyata jalan kecil yang berujung di halaman rumah warga. Cukup unik, karena, satu-satunya area terbuka dan luas, serta dengan akses termudan ke danau ini berada di halaman rumah warga. Untungnya, penghuni rumah sedang ada di luar. Sembari suami mengobrol dengan pemilik rumah, saya mengambil dokumentasi seadanya.

Ranu Segaran merupakan danau alami yang cukup luas. Luas genangannya mencakup kurang lebih 17,43 Ha. Ranu Segaran merupakan satu dari enam danau yang berada di Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Ranu Segaran memiliki bentuk area genangan lingkaran sempurna. Sekilas, bentuknya seperti bekas kawah gunungapi.

PERKEBUNAN KALIJERUK BARU 2

PERKEBUNAN KALIJERUK BARU 2

Dari sekian hektar luas area genangan Ranu Segaran, hanya lokasi kami berada sekarang yang dapat diakses dengan sangat mudah. Lokasi kami pun merupakan satu-satunya titik jarak terdekat antara area Ranu Segaran dengan area permukiman penduduk. Akses menuju Ranu Segaran lainnya kemungkinan masih berupa jalan setapak yang harus melewati area kebun/hutan. Jika dilihat dari Google Maps, hampir 98% area di sekeliling Ranu Segaran merupakan area hutan/kebun. Berdasarkan informasi dari warga yang memiliki rumah di tepi danau, terdapat dua Ranu Segaran di Kecamatan Tiris. Ranu Segaran yang sedang kami datangi lebih dikenal dengan sebutan Ranu Segaran Dhuwes. Sementara yang satunya lebih dikenal dengan sebutan Ranu Segaran.

Meskipun memiliki nama yang sama, bahkan bentuk area genangannya pun sama-sama membentuk lingkaran penuh, tetapi kondisinya sangat bertolak belakang. Ranu Segaran Dhuwes belum memiliki fasilitas pendukung wisata sama sekali. Bahkan, belum secara resmi dijadikan objek wisata. Bukan juga objek wisata andalan di Kecamatan Tiris. Area di sekeliling Ranu Segaran Dhuwes masih berupa area kebun/hutan yang cukup luas. Jarak dengan permukiman pun hanya berada di sisi Dusun Segaran, Desa Andungsari.

Perbedaan lainnya juga dari letak administratif kedua Ranu Segaran. Ranu Segaran Dhuwes secara administratif berada di Dusun Segaran, Desa Andungsari, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo. Ranu Segaran berada di Dusun Paras, Desa Segaran, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo. Kedua Ranu Segaran ini terpaut jarak kurang lebih 9 Km. Ranu Segaran Dhuwes, masih berupa danau yang sangat alami berada di ketinggian sekitar 600 mdpl.

PERKEBUNAN KALIJERUK BARU 3

PERKEBUNAN KALIJERUK BARU 3

Ranu Merah

Dari obrolan singkat dengan warga di Ranu Segaran Dhuwes, kami pun mendapat cukup informasi mengenai jalur ke Ranu Merah. Kami pun pamitan, karena masih ada tiga danau yang akan kami kunjungi hari ini dan kondisi jalan yang tidak bisa ditebak. Kami pun kembali ke pertigaan dan mengambil jalur menuju Desa Ranuagung Ternyata, benar apa yang dibilang warga di Ranu Segaran. Jalan makadam hanya sisa sedikit lagi sebelum akhirnya bertemu jalan beton kembali. Memang kondisinya tidak sebagus beton menuju Ranu Segaran, tapi sangat lumayan dibandingkan harus melewati makadam sebelumnya.

Kami pun tiba di beton rusak yang dimaksud warga. Memang sudah banyak bagian beton yang retak & hilang, tapi masih di bagian pinggir. Bagian tengah masih retak-retak biasa saja. Di titik ini, jalan menanjak. Di ujung tanjakan, kembali kami menemui permukiman warga. Tepat di sisi kanan kami ada jalan kecil dengan papan bertuliskan Ranu Merah. Meskipun jalan menuju Ranu Merah sudah dibeton, kami tidak serta merta mulus melewatinya. Ketika kami belok, ada sekitar enam orang warga yang sedang panen rumput. Mereka menyarankan kami untuk menyimpan motor di atas, karena jalan menuju danau luar biasa licin.

PERKEBUNAN KALIJERUK BARU

PERKEBUNAN KALIJERUK BARU

Memang, setelah melewati warga, jalanan akan terus menurun hingga area danau. Pas saya cek pun, memang turunannya sangat curam, panjang, dan licin. Jalan beton yang basah bekas diguyur hujan, ditambah lumut yang hampir menutupi semua permukaan beton/semen. Akhirnya, saya pun memutuskan untuk jalan kaki saja sampai area danau, sementara suami membawa motor hingga area danau. Warga setempat memang tidak pernah bohong, jalan menuju danau ini luar biasa licinnya. Saya yang memakai sepatu trekking cukup kesulitan untuk melangkah. Jangankan melangkah, berdiri saja tidak bisa.

Rasanya lama sekali saya menuruni jalan ini, padahal sebenarnya jaraknya tidak terlalu jauh. Saya bahkan sempat jatuh saking licinnya. Untungnya, setelah spot saya jatuh, di pinggiran jalan ada setapak dari tanah. Saya pun lebih memilih setapak tanah tersebut. Area Ranu Merah sudah cukup luas, bahkan terlihat sudah dikelola sebagai objek wisata. Meksipun, ketika saya tiba, sepertinya sudah harus dipugar kembali. Terdapat area tanah lapang yang cukup luas. Mungkin ini adalah area parkir. Satu tingkatan di bawah tanah lapang tersebut, terdapat area yang permukaannya sudah di semen. Mirip seperti pelataran, lengkap dengan pagar pembatas di sekelilingnya.

RANU MERAH 2

RANU MERAH 2

Di sisi kiri pelataran terdapat bangunan seperti pendopo serta ada dua buah toilet. Di sisi kanan, terdapat satu buah perahu yang saya tidak tahu peruntukannya. Di tengah – tengah, terdapat tangga untuk turun ke dermaga. Sayangnya, ketika saya berkunjung, masih puncak musim hujan, sehingga volume air Ranu Merah sedang pasang. Dermaga dan satu buah bangunan seperti pendopo lainnya terendam air. Hanya terlihat atap dari bangunan tersebut.

Saat itu, tidak ada pengunjung lain selain saya dan suami. Hanya ada satu warga yang sedang membereskan kopi yang sudah selesai dijemur. Saya pun menyapa warga tersebut, yang ternyata bernama Mba Wulan. Ketika saya sedang mengobrol dengan Mba Wulan, mata saya tiba-tiba tertuju pada sisi seberang danau dari posisi saya sekarang. Saya menegaskan kembali pandangan saya, tapi ternyata Mba Wulan pun ngeh saya melihat sesuatu di seberang. Mba Wulan pun membenarkan bahwa yang saya lihat memang orang yang sedang berenang.

Awalnya saya kira orang tersebut sedang berenang mencari ikan, ternyata bukan. Menurut Mba Wulan, itu warga setempat yang memang selalu berenang mengitari danau. Bahkan dalam kondisi hujan seperti saat ini. Yang sedikit berbeda, orang tersebut berenang dengan sangat cepat, mengitari danau tanpa terlihat cape. Menurut Mba Wulan, orang tersebut tinggal di pendopo tempat sekarang saya dan Mba Wulan berteduh. Pantas saja di pendopo saya melihat banyak baju, alat masak, alat mandi yang digantungkan di dekat pintu kamar mandi, sarung, dan perapian yang cukup besar. Tidak lama, saudara Mba Wulan datang untuk menjemput Mba Wulan dan membawa kopi-kopi yang baru selesai dijemur.

RANU MERAH 3

RANU MERAH 3

Berhubung saya dan suami sudah merasa cukup mengambil foto dan video singkat di Ranu Merah, kami pun memutuskan untuk ikut Mba Wulan dan saudaranya naik ke permukiman warga. Lagipula, awan hujan semakin pekat, rasanya malas harus trekking nanjak dengan medan beton berlumut yang jauh lebih licin. Saya jalan kaki ke atas dengan Mba Wulan, sementara suami dan saudara Mba Wulan beriringan membawa motor ke atas. Ketika trekking naik, entah kenapa terasa lebih cepat dibandingkan trekking turun tadi. Tau-tau, tidak sampai sepuluh menit, saya dan Mba Wulan sudah tiba di gapura masuk Ranu Merah. Tepat ketika kami tiba di gapura masuk, hujan turun dengan derasnya. Saya pun meng-iykan ajakan Mba Wulan untuk singgah sebentar di rumahnya. Saya dan suami pun mengikuti Mba Wulan ke rumahnya yang hanya berjarak empat rumah dari gapura Ranu Merah.

Sebuah rumah yang sangat nyaman di tengah pedesaan. Pisang dan kopi panas pun segera hadir di hadapan kami di meja ruang tamu yang cukup luas ini. Kopi yang disuguhkan merupakan kopi yang dipanen dari kebun sendiri. Karena saya bukan ahli kopi dan tidak terlalu mendalami urusan per – kopi – an, jadi saya tidak tahu apa jenis kopinya. Pokonya, kopi ini rasanya sangat enak, sudah ditambah gula tentunya.

Cukup lama kami mengobrol dengan Mba Wulan, tidak terasa sudah hampir pukul 15.00 WIB. Hujan sudah mereda, kami pun bersiap berpamitan untuk melanjutkan perjalanan kami menuju Ranu Agung dan Danau Betok. Jas hujan pun kami kenakan sebagai antisipasi kalua-kalau nanti tiba-tiba hujan lagi. Benar saja, ketika sudah siap berangkat, hujan kembali turun. Untungnya tidak terlalu deras, kami terabas saya hujannya.

RANU MERAH 4

RANU MERAH 4

Ranu Agung

Setelah pamitan dengan Mbak Wulan, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Ranu Agung. Berdasarkan info dari Mbak Wulan dan warga yang kami temui di Ranu Segaran, kalau sudah lewat Ranu Merah, kondisi jalan akan jauh lebih baik. Inilah yang menjadi pertimbangan kami untuk tetap melanjutkan perjalanan meskipun masih gerimis. Benar saja, tidak jauh setelah kami meninggalkan rumah Mbak Wulan, kondisi jalan menjadi semakin baik dan mulai banyak permukiman warga.

Kami bertemu persimpangan. Sebenarnya ke kanan dan ke kiri di persimpangan ini sama-sama bisa menuju Ranu Agung. Kami memilih untuk mengambil jalur yang ke arah kiri di persimpangan, karena jaraknya lebih dekat dari posisi kami. Kami pun menyusuri jalanan beton hingga kami harus berbelok ke jalan kecil di sisi kanan jalan. Masih semen/beton tetapi jauh lebih sempit dan masuk ke area permukiman warga. Kebetulan, di depan kami ada motor warga juga yang belok.

Ternyata, warga yang kami ikuti ini mau pulang ke rumahnya. Otomatis, ketika motor di depan kami sampai di rumahnya, yang tidak jauh dari simpangan. Kami pun ikutan berhenti di depan rumahnya. Setelah mendapat informasi jalan menuju Ranu Agung, kami pun putar balik. Ternyata, sebelum rumah bapak ini, ada simpangan kecil, dan kami harus berbelok menuju jalanan beton yang menanjak juga licin. Jalanan terus menanjak dengan kiri jalan adalah jurang dan kebun-kebun, di sisi kanan adalah tebing yang di atasnya pun merupakan kebun. Gerimis masih menemani perjalanan kami. Setiba di ujung tanjakan, kami kembali menemui permukiman warga. Tanjakan barusan cukup panjang dan jauh dari simpangan rumah warga.

RANU MERAH 5

RANU MERAH 5

Kami mengambil arah ke kiri ketika bertemu persimpangan, setelah ini kami kembali memasuki area hutan lagi. Untungnya, jalanan masih semen dengan kondisi baik. Kami kembali memasuki area permukiman, dan lagi-lagi bertemu perempatan. Awalnya, kami mengambil arah kiri, karena ada pick up yang sedang mengambil arah ke kiri. Tapi, setelah cek maps, ternyata arah yang dituju pick up ini permukiman warga yang buntu. Kami pun kembali ke perempatan dan mengambil arah kanan dari titik awal kami tiba tadi.

Benar saja, ujung jalan yang kami lalui berujung di area parkir Ranu Agung. Karena sudan terlalu sore (sudah sekitar jam 16.00 WIB) dan gerimis kembali turun, kami hanya mengintip Ranu Agung dari atas saja. Kami pun mencoba jalur lainnya dari Ranu Agung menuju jalan raya utama. Ternyata, jalur yang kami lewati saat ini merupakan jalur masuk utama menuju Ranu Agung. Kondisi jalan bukan lagi semen/beton, melainkan aspal desa. Memang, pada awalnya, jalanan akan melewati area kebun warga, tetapi, ujung jalannya merupakan jalan raya utama Tiris.

RANU MERAH 6

RANU MERAH 6

Rawa Betok

Tujuan kami berikutnya yaitu Rawa Betok. Berhubung sudah sore dan gerimis, jadi dua danau lainnya, terpaksa kami lewati dulu untuk hari ini. Rawa Betok kami pilih karena danaunya dapat dilihat dengan jelas dari pinggir jalan raya. Kami sedang beruntung, karena air di Rawa Betok sedang tinggi. Cuaca pun kembali bersih karena gerimis sudah reda. Awan hujan mulai tersibak sedikit dari Gunung Lemongan. Gunung Lemongan akan terlihat sangat jelas dari Rawa Betok jika cuaca cerah.

Posisi Rawa Betok berada lebih rendah dari jalan raya. Jadi, untuk menuju tepat di samping Rawa Betok, masih harus trekking menuruni jalan setapak kecil. Berhubung sudah sore dan takut hujan lagi, kami rasa cukup melihat Rawa Betok dari atas saja. Belum lama kami mengambil dokumentasi, hujan kembali turun. Kami pun kembali berteduh di rumah warga.

Kami pun kembali mendapat informasi jalur, kalau ingin menuju Lumajang, jalur termudah adalah yang melewati Pasar Klenang kemudian ke Jalan Tegalsiwalan. Ternyata, jalur Tiris – Klenang adalah jalur ketiga yang ditunjukan Gmaps, sekaligus jalur yang terpanjang. Jalur melewati pusat Desa Ranugedang sekaligus melewati dua operator arum jeram yang cukup terkenal di Probolinggo.

RANU MERAH 7

RANU MERAH 7

Rawa Betok – Lumajang

Jalan merupakan aspal mulus dengan lebar cukup sempit. Jalur ini merupakan jalur satu-satunya, jadi kami tidak perlu sedikit-sedikit mengecek maps. Selepas Desa Pesawahan, jalan akan memasuki area hutan jati. Di sinilah jalan kembali rusak. Kali ini lubang yang sangat besar dan dalam menghiasi permukaan jalan. Kondisi jalan diperparah dengan air yang meluap di sisi kanan dan kiri jalan. Sebagian permukaan jalan tergenang air dan ada juga yang menjadi seperti aliran sungai. Untungnya, di depan kami, di arah Utara tepatnya, langit sudah kembali terang

Kami tiba di perempatan Pasar Klenang. Jika ke kanan, bisa menuju Desa Krucil dan kembali ke Tiris. Jika lurus akan langsung menuju jalur pantura Probolinggo, sementara ke kiri, yang akan kami tuju, akan kembali menuju Lumajang. Sebelum pulang, kami mampir ke SPBU di jalur yang mengarah ke Utara terlebih dahulu. Kali ini, kami sudah berada di wilayah yang cukup ramai. Jalur hanya cukup dua truk pasir papasan, kondisi jalan aspal berlubang. Arus lalu-lintas sangat ramai. Kendaraan uang melintas di jalur ini mulai dari sepeda motor, mobil pribadi, pick up, hingga truk pasir.

Kondisi jalan basah karena habis diguyur hujan. Jalan yang kami lewati berdampingan dengan saluran irigasi di kiri jalan jika ke arah Barat. Air di saluran irigasi meluap, tanda hujan turun sangat deras di daerah hulu. Jalur ini cukup panjang dan monoton. Rasanya lama sekali keluar dari jalur ini. Ujung jalur ini merupakan persimpangan dengan jalan raya utama Pantura (Probolinggo) – Kota Lumajang. Dekat juga dengan Gerbang Tol Probolinggo.

RANU MERAH 8

RANU MERAH 8

Kami mengambil arah Selatan di persimpangan ini. Kondisi jalan kali ini sangat lebar, arus lalu lintas sangat ramai ke arah Utara, dan semua jenis kendaraan melintas di sini. Jalur yang kami lalui saat ini merupakan Jalan Arteri atau jalan raya utama Probolinggo – Lumajang, sehingga akan sangat banyak ditemui truk aneka ukuran. Berhubung sedang musim panen tebu dan jagung, maka truk pengangkut dua muatan tersebutlah yang paling sering kami temui.

Arus lalu lintas sangat padat, bahkan sampai macet di beberapa titik. Mengingat ini adalah hari Minggu dan jalur yang kami lewati dekat dengan Gerbang Tol Probolinggo (bagian dari Tol Trans Jawa). Untungnya, masih banyak celah untuk menyusul rombongan truk yang searah dengan kami. Ukuran jalan yang sangat lebar, memudahkan kendaraan kecil untuk menysul truk, sehingga tidak sampai macet parah. Setelah melewati gapura perbatasan Kab. Probolinggo – Kab. Lumajang, arus lalu lintas di kedua arah sangat sepi. Motor kami pacu lebih cepat. Bahkan, tidak terasa kami sudah tiba di Kec. Klakah. Di sini, arus lalu lintas kembali ramai.

Ada beberapa persimpangan dengan jalur alternatif, juga ada pabrik yang saat kami melintas sudah mau bubaran. Sedari berbelok ke jalan raya utama, kondisi jalan kering, bahkan sampai memasuki Kec. Kedungjajang pun jalan tetap kering. Kami tiba di perempatan yang diberi nama Simpang Jaran Kecak. Jika mengambil ke arah kiri, akan menuju jalur lingkar luar Lumajang menuju Jember. Ujung-ujungnya jalan akan kembali bertemu Kec. Jatiroto. Kami mengambil arah lurus menuju Kota Lumajang.

RANU MERAH 9

RANU MERAH 9

Karena ketidaktahuan kami akan medan jalan ditambah dengan hujan deras sedari siang hingga Magrib, ada beberapa tempat yang tidak sempat kami datangi hari ini. Padahal rencananya, hari pertama ini kami mau mendatangi semua danau di Kec. Tiris. Masih tersisa dua danau di Kec. Tiris, jadi, sudah dapat dipastikan kami akan kembali ke Kec. Tiris. Kamipun memutuskan jika akan kembali ke Kec. Tiris, fix akan mengambil jalur Lumajang – Desa Bulujaran – Pasar Klenang lalu naik ke Kec. Tiris. Ga lagi-lagi mengambil jalur Kaliglagah – Andungsari.

Sebelum kembali ke tempat kami menginap, kami makan dulu di dekat kami menginap. Sepertinya malam itu hanya kami saja yang penampilannya cukup berbeda. Pakaian eksplore dan basah, ditambah wajah yang cukup lusuh dan pesan makanan yang cukup banyak. Bahkan, sampai 3 hari ke depan kami makan lagi di sini, karyawan sana sampai hafal dengan kami.

RANU MERAH 10

RANU MERAH 10

Sembari makan, kami pun berdisuksi tentang plan yang sedikit berantakan karena hujan. Berhubung motor harus ada yang dibenahi, jadi besok (Senin) kami tidak akan eksplore dulu. Sayangnya, ternyata tidak semua urusan motor bisa dibenahi dalam satu hari. Jadilah hari Selasa pun kami masih stay di Lumajang untuk benahi urusan motor. Rabu, kami akan kembali ke Kec. Tiris, mengunjungi sisa danau yang belum berhasil kami datangi dan satu air terjun. Hal yang menarik perhatian kami hari ini adalah, meskipun hari Minggu, tapi kami tidak menemui satu orang pun pengunjung di tempat-tempat yang kami datangi. Bahkan di Ranu Agung, yang merupakan salah satu objek wisata andalan Kec. Tiris.

Bahkan, di sepanjang jalan pun, kami tidak menemui pengendara motor dengan setelan piknik seperti yang lazim kami temui ketika akhir pekan di seluruh jalur menuju objek wisata dan di jalur lintas antar kabupaten/kota. Ah, mungkin karena faktor cuaca yang memang hujan masih sering turun di wilayah ini.

RANU MERAH 11

RANU MERAH 11

RANU MERAH 12

RANU MERAH 12

RANU MERAH 13

RANU MERAH 13

RANU MERAH 14

RANU MERAH 14

RANU MERAH 15

RANU MERAH 15

RANU MERAH 16

RANU MERAH 16

RANU MERAH 17

RANU MERAH 17

RANU MERAH

RANU MERAH

RANU SEGARAN DHUWES 2

RANU SEGARAN DHUWES 2

RANU SEGARAN DHUWES 3

RANU SEGARAN DHUWES 3

RANU SEGARAN DHUWES 4

RANU SEGARAN DHUWES 4

RANU SEGARAN DHUWES 5

RANU SEGARAN DHUWES 5

RANU SEGARAN DHUWES 6

RANU SEGARAN DHUWES 6

RANU SEGARAN DHUWES 7

RANU SEGARAN DHUWES 7

RANU SEGARAN DHUWES 8

RANU SEGARAN DHUWES 8

RANU SEGARAN DHUWES 9

RANU SEGARAN DHUWES 9

RANU SEGARAN DHUWES 10

RANU SEGARAN DHUWES 10

RANU SEGARAN DHUWES 11

RANU SEGARAN DHUWES 11

RANU SEGARAN DHUWES 12

RANU SEGARAN DHUWES 12

RANU SEGARAN DHUWES 13

RANU SEGARAN DHUWES 13

RANU SEGARAN DHUWES 14

RANU SEGARAN DHUWES 14

RANU SEGARAN DHUWES 15

RANU SEGARAN DHUWES 15

RANU SEGARAN DHUWES

RANU SEGARAN DHUWES

 
Leave a comment

Posted by on February 3, 2023 in DANAU, OUR JOURNEY, Travelling

 

KEPANJEN – LUMAJANG 4 JUNI 2022

VIEW SEMERU DARI KEPANJEN

VIEW SEMERU DARI KEPANJEN

Setelah istirahat dua malam di Kepanjen, Sabtu pagi, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju tujuan akhir kami, Lumajang. Rutenya, sudah tentu mengambil jalur Kepanjen – Ampelgading – Pronojiwo – Candipuro – Senduro – Lumajang kota. Selain memang males masuk Kota Malang lalu mengambil jalur Utara melewati Pantura, kami juga penasaran dengan kondisi Piket Nol dan jembatan gantung temporernya.

Perjalanan dari Kepanjen hingga memasuki Turen sedikit ramai. Setelah keluar dari Turen memasuki Ampelgading, arus lalu-lintas menjadi sangat sepi. Ada yang berubah dari jalur ini dari terakhir kami melintas Januari 2020 lalu. Kondisi jalan selepas Turen hingga mendekati Piket Nol sudah baik. Jalanan yang sebelumnya berlubang cukup dalam, bergelombang, bahkan miring, kini sudan mulus.

Kondisi cuaca mendung dan sejuk. Yang menarik adalah kami hanya berbarengan dengan 1 truk, 1 minibus dan sesekali berpapasan dengan minibus dan sepeda motor warga. Siang ini, arus lalu-lintas sangat sepi. Padahal jalur ini sangat terkenal padat oleh rombongan truk pasir. Kami tidak terlalu cepat memacu motor, karena kami ingin menikmati perjalanan. Bahkan, kami sama sekali tidak berniat menyusul 1 mobil mini bus dan 1 truk pasir di depan kami. Biar saja dua kendaraan ini jadi teman seperjalanan kami kali ini.

Bahkan ketika kami melewati gapura masuk objek-objek wisata hits di Kab. Lumajang, tidak ada lalu-lalang kendaraan wisatawan. Gapura masuk Coban Sewu, sepi. Gapura masuk Tumpak Sewu, sepi. Gapura masuk Goa Tetes, sepi. Gapura masuk Kapas Biru pun sepi. Mungkin wisatawannya sudah sampai di tempat parkir semua. Sangat berkebalikan dengan suasana hari Sabtu siang di sekitaran objek wisata hits di Selatan, Barat & Utara Bandung.

Cuaca semakin mendung ketika sudah melewati Alun-Alun Kec. Pronojiwo, suhu udara pun semakin sejuk. Kami sudah mendekati area Piket Nol, titik tertinggi di jalur ini. Tepat di Pasar Pronojiwo, mobil minibus dan truk di depan kami, berbelok ke jalan di samping pasar. Tinggallah motor kami sendiri. Kami melihat ada beberapa warga berjaga untuk mengarahkan jalan. Sepertinya ini dampak dari longsor di Pronojiwo kemaren, sekaligus penanda bahwa setelah titik ini, selain sepeda motor tidak akan bisa menyeberag melalui Geladak Perak (Piket Nol).

Kali ini kami berbarengan dengan 2 sepeda motor. Satu diantaranya berplat merah. Akhirnya kami menemukan teman seperjalanan lagi. Kali ini kami yakin, 2 sepeda motor ini juga pasti akan menyeberangi Jembatan Gantung Gladak Perak. Kami sudah antipisasi, kalau-kalau jembatan gantung tidak bisa dilewati, kami sudah siap-siap melewati jalur truk pasir ke dasar sungai. Belakangan sepertinya jalur truk tidak sampai Geladak Perak, tapi belok di tempat kami menemui beberapa warga mengarahkan arus lalu-lintas di setelah Pasar Pronojiwo.

Motor kami disalip 1 motor yang kanan-kirinya diberi kerangkeng besi seperti untuk membawa Burung Merpati. Sampailah kami di area proyek pembangunan Jembatan Geladak Perak. Rasanya campur aduk melihat langsung betapa dasyatnya longsoran Semeru Januari kemarin. Kami pun melintasi Jembatan Gantung Geladak Perak yang baru diresmikan ketika puasa 2022 kemarin. Jurang yang sebelumnya cukup dalam, kini menjadi sedikit lebih tinggi.

VIEW SEMERU DARI ARAH BARAT

VIEW SEMERU DARI ARAH BARAT

Setelah tiba di seberang Geladak Perak, mulai ditemui keramaian warga. Ada yang sengaja berhenti di pinggir jalan untuk mengambil foto & video ke arah Piket Nol, ada yang menunggu giliran untuk menyeberangi Geladak Perak, ada juga pekerja dan yang mengatur lalu lintas. Jembatan gantung hanya bisa dilalui oleh 1 sepeda motor saja, tidak bisa sekaligus melintas dari 2 arah. Memasuki Desa Sumberwuluh, Kec. Candipuro, mulai terlihat bangunan-bangunan yang hancur akibat tertimpa abu vulkanik.

Selain bangunan, banyak juga pohon-pohon besar yang tumbang, serta pohon yang menjadi pohon mati seperti yang biasa ditemui di Hutan Mati Gunung Papandayan. Kondisi jalan tetap baik, jalan sangat lebar. Setelah jalan menikung kembali kami temui rumah-rumah warga yang tidak terdampak bencana. Jalanan pun sudah dibeton. Jalan menjadi jauh lebih lebar dibanding ketika terakhir saya melintas di jalur ini September 2018 lalu.

Memang belum sepenuhnya dibeton, di Pasar Candipuro, masih dalam proses pengerjaan. Arus lalu lintas mulai ramai, terutama lalu-lalang truk pasir. Kami pun berbelok ke kiri di Tugu Candipuro. Kami mengambil jalan desa yang nantinya akan tembus di Kecamatan Senduro. Kami berbelok ke kanan mengambil jalan desa tepat di Tugu Senduro. Kondisi jalan pun jauh lebih baik dibandingkan ketika terakhir melintas di jalur ini pada September 2018 lalu.

Aspal mulus di sepanjang jalur sudah menggantikan jalan berlubang yang sangat dalam. Arus lalu-lintas pun sedikit sepi. Awal perjalanan kami terhambat 1 truk pasir. Setelah berhasil disusul, perjalanan pun kembali lancar. Perjalanan kembali tersendat ketika berada di Desa Tumpeng. Ada beberapa truk pengangkut material yang akan menuju ke samping balai desa, lalu ada truk pengangkut bubur kayu yang keluar-masuk area pabrik. Selebihnya, jalanan hanya ramai oleh sepeda motor warga dan sesekali kendaraan pribadi.

Sampailah kami di ujung jalan yang merupakan pertemuan dengan jalan raya utama Senduro – Padang – Lumajang Kota. Di sini jalan hanya akan lurus terus, tidak lagi banyak berbelok dan percabangan seperti di jalan tembus melalui Desa Tumpeng sebelumnya. Belum jauh kami dari persimpangan, kami disambut gerimis cukup deras. Sempat heran, karena langit di sekitar kami cukup cerah. Adapun langit yang sudah menghitam oleh awan hujan berada jauh di arah Timur dan Utara. Kami pun memutuskan untuk terus saja, karena sepertinya hanya hujan terbawa angin atau pinggiran area yang hujan saja. Benar saja, ketika memasuki Kec. Padang, hujan berhenti. Arus lalu-lintas di sini mulai ramai. Khas daerah pinggiran kota.

Berbekal arahan Gmaps, kami pun menyusuri jalanan Kota Lumajang yang masih sering kami temui truk pengangkut pasir. Memang, ada beberapa ruas jalan di pinggiran kota yang menjadi lintasan truk. Awalnya, kami berencana untuk mampir ke satu tempat yang ada dalam list kami, tapi kami urungkan. Pertama, perut kami sudah sangat lapar, kedua, sebaiknya barang-barang bawaan, kami simpan dulu di tempat menginap. Jadilah tujuan kami adalah tempat menginap terlebih dahulu.

Kami pun tiba di tempat menginap tanpa salah jalan ataupun terkena macet. Setelah urusan administrasi dan beres-beres barang selesai, kami memutuskan untuk makan di resto tempat kami menginap saja. Rasanya sudah mager harus keluar lagi cari makan, apalagi ke lokasi yang tadinya mau kami datangi. Rasa mager dan pilihan kami ke tempat menginap dulu sangat tepat ternyata. Tidak lama setelah kami memesan makanan, hujan lebat tanpa basa-basi dari arah Utara langsung mengguyur Kota Lumajang. Bahkan, hujan deras berubah menjadi badai. Hujan semakin lebat, disusul oleh angin yang sangat kencang & petir yang menggelegar

Area tempat kami menginap pun sampai mati listrik. Parkiran dan area outdoor tempat makan di tempat kami menginap pun langsung tergenang air. Tidak kebayang kalau kami tadi jadi mampir dulu. Bisa dipastikan kami kehujanan dan terjebak badai ditambah kelaparan karena di sekitar tempat yang akan kami tuju, belakangan kami ketahui tidak ada warung nasi dan sejenisnya. Hari pertama kami di kota tujuan, disambut hujan badai. Kami pun memutuskan untuk istirahat saja selepas makan siang yang kesorean itu, karena besok, kami akan memulai perjalanan utama kami.

 
Leave a comment

Posted by on February 3, 2023 in OUR JOURNEY, Travelling

 

BOJONEGORO – KEPANJEN 2 JUNI 2022

NEGARA ATAS ANGIN KABUPATEN BOJONEGORO

NEGERI ATAS ANGIN KABUPATEN BOJONEGORO

Perjalanan kali ini merupakan rute terpanjang kedua dengan waktu tempuh terlama kedua juga. Berdasarkan rekaman jalur, perjalanan Bojonegoro – Kepanjen ini kami tempuh dengan jarak 263 Km dalam waktu 10 jam 6 menit. Sudah termasuk berhenti istirahat, makan, salah jalan, macet & mampir ke beberapa spot.

Karung Nyawa. Judul sebuah novel yang pertama kali membuat saya penasaran dengan Bojonegoro. Memang, novelnya penuh dengan hal klenik & horor, tapi karena menyebutkan lokasi yang benar-benar nyata sebagai latar ceritanya, saya pun jadi penasaran. Di sebelah mana sih tepatnya desa-desa & sungai yang disebut dalam novel?

Berbekal penasaran itulah, akhirnya saya menemukan bahwa ada banyak jalur asik di Bojonegoro. Salah satunya, yang akan kami lewati hari ini. Rute yang akan kami lewati kali ini adalah Kalitidu – Bubuhan – Sekar – Klino – Gondang – Rejoso – Lengkong – Kertosono – Purwosari – Plemahan – Pagu – Gurah – Plosoklaten – Wates – Nglegok – Garum – Wlingi – Kesamben – Selorejo – Karangkates – Sumberpucung – Kromengan – Kepanjen.

GAPURA MASUK DESA CANCUNG KABUPATEN BOJONEGORO

GAPURA MASUK DESA CANCUNG KABUPATEN BOJONEGORO

Rute Bojonegoro – Bubulan kami lalui dengan sangat lancar. Dari tempat kami menginap, motor kami arahkan masuk ke Kota Bojonegoro. Ya, meskipun hanya di pinggirnya saja. Tidak jauh dari gapura selamat datang, motor kami arahkan menuju Selatan. Rute melewati jalanan khas pinggiran kota. Jalan arteri sekunder yang hanya lurus saja. Memang ada beberapa persimpangan, tapi untuk menuju Bubulan, cukup lurus saja sampai jalannya mentok sendiri. Arus lalu lintas terbilang sepi, tidak ada kemacetan seperti di jalan di pinggiran kota asal kami. Jalannya pun lebar dan kondisinya sangat baik.

Jalan baru akan bercabang setelah melewati Pasar Dander. Kota tujuan berikutnya berada di Kabupaten Nganjuk. Jika di persimpangan mengambil arah kiri, maka rute akan terus megikuti jalan lintas utama, melewati Waduk Pacal. Sedangkan jika mengambil arah kanan, maka akan melewati jalur alternatif via Kec. Sekar. Berhubung saya penasaran bagaimana kondisi jalur menuju Kecamatan Sekar, maka motor kami arahkan ke kanan. Tidak terlalu jauh, mungkin sekitar 1 Km saja, arus lalu lintas menjadi sangat sepi. Kala itu hanya ada motor kami & 1 motor warga yang akhirnya menyusul dan menghilang di depan.

Selepas Wana Wisata Dander, jalan akan membelah area hutan jati yang sesekali diselingi kebun tebu & jagung. Jalanan hanya lurus saja dan kondisinya ada yg berlubang tapi tidak parah. Jalur asik pertama kami hari ini. Meskipun hanya ada motor kami yang melaju ke arah Selatan, tapi kami tidak memacu motor terlalu cepat. Sayang kalau suasana seperti ini tidak dinikmati.

DESA KLINO KECAMATAN SEKAR 2

DESA KLINO KECAMATAN SEKAR 2

Suasana sangat syahdu, mungkin karena tengah hari kami melintas di jalur ini. Seandainya kami melintas ketika hari sudah gelap, mungkin akan lain cerita. Sepanjang jalur ini tidak akan ditemui permukiman dalam radius cukup jauh ke arah Barat & Timurnya. Benar-benar Alas Jati blaassss. Jika di Gmaps, ada yang menamai Alas Jati ini dengan sebutan Alas Balong Panggang.

Permukiman baru akan ditemui ketika memasuki wilayah Desa Cancung, Kec. Bubulan. Itupun hanya sebuah desa kecil yang asri dan tidak terlalu ramai. Rasanya seperti berada di belakang komplek perumahan kami. Motor kami arahkan menuju Barat, ke Pasar Bubulan. Bahkan, pasar pun sangat sepi. Ah, iya, ini kan tengah hari. Beberapa meter setelah melewati Pasar Bubulan, jalan kembali masuk membelah area hutan jati. Kali ini nama yang kami dapat di Gmaps adalah Alas Bubulan.

Kondisi jalan masih tetap sama. Hanya motor kami yang melintas ke arah Barat. Jalanan pun masih beton dengan kondisi yang sangat baik. Cuaca cukup cerah. Langit biru dengan hiasan awan putih dan sinar matahari siang menuju sore menemani perjalanan kami di tengah Alas Bubulan. Tepat di ujung jalan, akan terdapat Pos Hutan Paldaplang. Di pos inilah jalan akan bercabang ke kanan dan ke kiri. Jika ke arah kanan, maka akan kembali ke Kec. Ngasem, tepatnya tidak jauh dari simpangan jalan arah dari Ngambon. Jalur yang kemarin malam kami lewati ketika menuju Kalitidu. Kami mengambil arah kiri, menuju Kec. Sekar.

DESA KLINO KECAMATAN SEKAR

DESA KLINO KECAMATAN SEKAR

Meskipun sama-sama area hutan jati, tapi Alas Bubulan ini masih lebih dekat dengan area permukiman. Setidaknya sampai jalan mulai menaiki bukit. Medan jalan berikutnya, akan terus menaiki bukit dan melewati area perbukitan. Di sinilah jalur asik berikutnya. Meskipun sudah jauh dari pusat Kota Bojonegoro, bukan jalan lintas utama, dan di tengah area hutan jati & ladang penduduk, tapi kondisi jalannya beton mulus dan ada juga yang masih pavling block bagus. Pemandangan di kanan & kiri jalan tidak usah ditanya lagi. Hamparan hijau hutan jati, ladang jagung, tebu, aliran sungai di bawah sana, dibatasi jejeran perbukitan. Dengan langit biru cerah benar-benar membuat perjalanan ini terasa asik. Ditambah lagi, kami tidak perlu repot-repot berbarengan dengan truk.

Karena sedari Dander tidak kami temui 1 pun truk. Padahal beberapa kali kami melewati lahan jagung & tebu di Bubulan yang baru dipanen, tapi belum ada aktivitas muat hasil kebun. Medan jalan kembali menuruni bukit. Setelah tiba di dasar bukit, kami akan memasuki wilayah administrasi Desa Deling, Kec. Sekar, Kab. Bojonegoro. Masih desa kecil yang syahdu. Dikelilingi sawah, ladang jagung & ladang tebu. Sebagian sudah dipanen. Di sekeliling desa, terlihat jejeran perbukitan yang masih menghijau.

Setelah melewati pusat Desa Deling, medan jalan akan kembali menaiki bukit. Kali ini tanjakan menuju bukit, tidak sepanjang sebelumnya. Di bukit inilah terdapat lokasi yang dikenal sebagai “Negeri Atas Angin”. Meskipun lebih pendek, tetapi medannya lebih curam. Tikungannya pun lebih tajam. Untungnya, kondisi jalan masih beton baik, ada besi pembatas, ada lampu jalan (jika melintas malam hari tidak akan terlalu gelap), dan arus lalu-lintasnya sangat sepi.

JALUR NGASEM SEKAR KABUPATEN BOJONEGORO

JALUR NGASEM SEKAR KABUPATEN BOJONEGORO

Ujung jalur menanjak ini adalah sebuah lokasi wisata yang dinamakan “Negeri Atas Angin”, lengkap dengan bangunan berupa tulisan nama lokasi. Di area ini terdapat semacam rest area, taman bermain anak, warung-warung, dan area parkir yang sangat luas. Berhubung kami lewat sini di hari kerja, jadi tempat ini sangat sepi. Mungkin jika akhir pekan atau libur panjang atau libur Lebaran tempat ini mungkin ramai pengunjung. Selepas Negeri Atas Angin, jalan berbelok dan pemandangan di kanan dan kiri sedikit tertutup. Medan jalan pun akan mulai menuruni bukit. Tepat di kaki bukit, akan kembali ditemui permukiman warga.

Ujung jalan merupakan persimpangan. Ke kanan yang ditandai sebuah gapura, merupakan jalan menuju Kantor Kecamatan Sekar. Sementara, jalan yang menurun ke kiri, merupakan jalan tembus menuju Desa Klino. Medan jalan akan kembali menanjak bukit, namun tidak securam dan setinggi sebelumnya. Setelah itu, jalanan menyusuri pinggiran bukit. Mata masih disuguhi pemandangan yang menyejukan. Medan jalan akan kembali menurun dan kali ini kami memasuki wilayah administrasi Desa Klino, Kec. Sekar, Kab. Bojonegoro. Jarak antar permukiman warga sudah tidak sejauh sebelumnya. Tidak lama, kami pun tiba di Tugu Klino. Jika mengambil arah lurus dan kanan, terus mengikuti jalan utama, bisa tembus di Kec. Saradan, Kab. Madiun. Motor kami arahkan ke kiri, berhubung tujuan kami adalah Kab. Nganjuk.

Jalan ke arah kiri, lebih kecil dan tidak semulus arah lurus. Jalan kemudian melipir ke kaki bukit. Di bukit ini, terdapat stasiun pemancar satu stasiun TV. Bukit ini pada Gmaps diberi nama Gunung Pandan. Jalur yang kami lalui melewati sisi Utara Gunung Pandan. Kondisi jalan masih tetap bagus, meskipun sudah melewati perbukitan. Jalanan masih sesekali membelah area hutan jati. Area hutan ini menjadi jarak antara satu kedusunan dengan kedusunan lainnya di Kec. Gondang. Bahkan, setelah melewati Puskesmas Gondang hingga mendekati Terminal Betek, masih akan melewati area hutan jati.

JALUR PERBUKITAN NGASEM SEKAR 2

JALUR PERBUKITAN NGASEM SEKAR 2

Jalan yang berada di depan Terminal Betek sekaligus merupakan persimpangan. Simpangan dari jalur Dander – Temayang – Gondang. Kami pun membelokan motor ke kanan, menuju Kec. Rejoso, Kab. Nganjuk. Setelah ini, kami akan terus melewati jalan raya. Bukan lagi jalan lintas alternatif. Kondisi jalan beraspal mulus, jalanan juga lebih lebar. Sesekali ada truk yang lewat, meskipun secara keseluruhan arus lalu-lintas dari Kec. Gondang hingga mendekati Bendungan Semantok terbilang sepi. Jalanan kembali memasuki area hutan jati.

Area hutan jati ini merupakan perbatasan antara Kabupaten Bojonegoro dengan Kabupaten Nganjuk. Meskipun ketika kami melintas, saya tidak melihat ada gapura perbatasan. Memasuki wilayah Kab. Nganjuk, akan ditemui jalan yang berlubang. Medan jalan pun mulai didominasi oleh turunan. Mendekati area Bendungan Semantok, area sekeliling menjadi gersang, berdebu, dan arus lalu-lintas  mulai ramai. Belum lagi ditambah truk proyek yang lalu-lalang.

Ada 1 hal yang cukup menarik di sepanjang jalur Bojonegoro. Sepanjang perjalanan dari Bubulan hingga Gondang, jalan terus beriringan dengan Kali Gandong. Jika dilihat pada Gmaps, Kali Gandong akan ditemui sedari Temayang – Sekar – Ngambon hingga berujung di Purwosari. Ujung Kali Gandong di hilir langsung masuk ke Bengawan Solo. Dengan kata lain, Kali Gandong merupakan salah satu anak Bengawan Solo. Memasuki Kec. Rejoso, tepatnya setelah melewati proyek Bendungan Semantok, kondisi jalan banyak berlubang. Jalan masih sangat lebar, karena untuk akses truk proyek bendungan maupun truk lainnya. Ketika kami melakukan perjalanan ini, Bendungan Semantok masih dalam tahap pembangunan.

JALUR PERBUKITAN NGASEM SEKAR

JALUR PERBUKITAN NGASEM SEKAR

Perjalanan kami kali ini banyak beriringan dan berpapasan dengan truk, selesai sudah rute asik Bojonegoro kami di perjalanan kali ini. Kec. Rejoso merupakan kecamatan yang berada lebih rendah dibandingkan Kec. Sekar & Kec. Gondang, Kab. Bojonegoro. Hal ini ditandai dengan medan jalan yang sudah datar serta suhu udara yang kembali menghangat. Kali ini, kami mengambil arah menuju Kec. Lengkong, tidak mengambil jalur yang menuju pusat kota Kabupaten Nganjuk. Selepas Pasar Rejoso, iring-iringan truk mulai terpecah. Ada yang mengambil jalur ke Timur, sebagian besar mengambil arah ke Selatan, tepatnya ke arah pusat Kabupaten Nganjuk dan gerbang tol Nganjuk.

Selepas Pasar Gondang, arus lalu lintas kembali sepi. Kali ini sangat jarang kami bertemu dengan truk. Kondisi jalan cukup buruk. Sepanjang Pasar Gondang di Kec. Gondang hingga Pasar Lengkong di Kec. Lengkong banyak sekali lubang yang cukup dalam. Meskipun arus lalu lintas sepi & jalanan hanya lurus saja, tapi kami tidak bisa memacu motor terlalu cepat.

Pada saat membuat rute dari Bojonegoro menuju Kepanjen, ada beberapa tempat yang menurut saya menarik untuk didatangi. Ada Waduk Pacal, Bendung Gerak Bojonegoro,Bendungan Gongseng, dan Waduk Jambendawe di Kabupaten Bojonegoro. Waduk Banyubiru Wedegan, Bendungan Semantok, Waduk Kedungsengon, Embung Bangle, Waduk Sumberkepuh, Waduk Logawe, Waduk Sumbersono, dan Waduk Perning di Kabupaten Nganjuk. Wisaya Sumberjembangan, Sumber Sirahnggolo, Sumber Biting di Kabupaten Kediri. Telaga Pancung dan Embung Umbul di Kabupaten Blitar.

GAPURA MASUK DESA SEKAR

GAPURA MASUK DESA SEKAR

Waduk Pacal dan Bendungan Gongseng kami skip karena takut kemaleman sampai di Kepanjen. Apalagi kalau kami mampir di spot yang berada di Kediri dan Blitar, sepertinya sudah sangat sore. Dari semua list yang satu arah dengan jalur kami menuju Kepanjen, sepertinya untuk 3 Waduk yang berada di Nganjuk ini, masih bisa kekejar. Hitung-hitung sekalian istirahat. Waduk Sumberkepuh, Waduk Logawe, dan Waduk Sumbersono menjadi pilihan untuk kami singgahi.

Di Pasar Lengkong, kami berbelok ke kiri, ke arah Utara, karena waduk yang akan kami kunjungi berada di sisi Utara Kec. Lengkong. Untungnya, kondisi jalan termasuk baik, hanya lurus saja dan arus lalu-lintas ramai lancar. Sebetulnya, di jalur ini kami bisa juga sekalian mengunjungi Embung Bangle dan Waduk Perning. Hanya saja, jalan menuju Embung Bangle sedikit meragukan, takutnya kami harus sedikit offroad ataupun trekking. Jika Waduk Perning, sedikit melambung dan kami harus balik arah menuju rute yang sudah diplot. Mengingat waktu kami tidak banyak, dan hari ini kami harus sampai di Kepanjen, jadi tujuan kami tetap 3 waduk yang sudah disebutkan di atas.

Tidak terasa, kami sudah tiba di persimpangan menuju Waduk Sumbersono dan Waduk Logawe. Kondisi jalan sedikit rusak, namun hanya rusak menghilang lapisan aspal teratasnya. Waduk Sumbersono dan Waduk Logawe lokasinya bersebelahan. Untuk masuk ke Waduk Sumbersono, melewati jalan kecil di antara ladang jagung. Jalannya berupa aspal. Sementara jalan masuk menuju Waduk Logawe merupakan jalan serupa halaman rumah.

VIEW JALUR NGASEM SEKAR

VIEW JALUR NGASEM SEKAR

Waduk Sumbersono adalah waduk pertama yang kami datangi. Cukup ramai warga yang memancing maupun yang lalu-lalang di area waduk. Kami masuk ke area Waduk Sumbersono dari sisi Barat. Awalnya, saya plot jalur untuk masuk dari sisi Timur, dari area permukiman. Namun, setelah cek lagi, aga meragukan, karena seperti ada tembok pembatas antara area waduk dengan area permukiman penduduk.

Terdapat jalan setapak yang digunakan penduduk untuk lalu-lalang dari arah Timur ke Barat melewati sisi Selatan waduk. Di sisi Selatan inilah kami memarkirkan sepeda motor kami. Kami tiba di Waduk Sumbersono masih sekitar pukul 14.00 WIB. Matahari masih sangat terik, tapi tidak mengapa, segera kami mengambil beberapa dokumentasi. Untuk kunjungan kami kali ini memutuskan untuk tidak mengelilingi Waduk Sumbersono. Kami cukup mengambil dokumentasi dari sisi Selatan waduk saja.

Tujuan kami berikutnya yaitu Waduk Logawe. Dari ketiga danau yang kami datangi, Waduk Logawe yang jalan masuknya masih belum terlalu jelas. Kami pun segera membelokan motor ke dalam sebuah halaman seprti bangunan kantor. Tepat di ujung kanan jalan setapak ini, terdapat Waduk Logawe. Untuk masuk ke area Waduk Logawe, kami harus menaiki anak tangga. Tidak seperti di Waduk Sumberkepuh dan Sumbersono, motor dapat disimpan langsung tepat di sisi waduk. Sebenarnya ada jalan masuk lain dari sisi Utara. Di Waduk Logawe pun terdapat jalan setapak tanah untuk mengelilingi area waduk satu putaran penuh. Hanya saja, lagi – lagi tidak kami lakukan pada kunjungan kali ini karena keterbatasan waktu.

TUGU KLINO KABUPATEN BOJONEGORO

TUGU KLINO KABUPATEN BOJONEGORO

Tujuan berikutnya yaitu Waduk Sumberkepuh. Lokasinya tidak berdekatan, tetapi untungnya kondisi jalannya cukup baik, jadi tidak terlalu memerlukan tambahan waktu. Kami mengambil jalur yang masuk dari sisi Barat waduk. Dari sisi Barat ini, terdapat jalan untuk menuju sisi Selatan dan sisi Utara. Lokasi Waduk Sumberkepuh tidak terlalu berhimpitan dengan rumah – rumah warga, sehingga area di sekelilingnya lebih terbuka.

Sayangnya, untuk mengelilingi Waduk Sumberkepuh satu putaran penuh sedikit sulit. Jalan setapak yang memadai tidak terdapat di sisi Utara dan Timur waduk. Jalan merupakan jalan setapak yang benar – benar melewati area kebun/ladang warga. Karena sudah menjelang sore dan kamipun mulai merasa ngantuk, jadi kali ini kami hanya mengambil dokumentasi dari sisi Timur waduk saja. Jika menghadap ke sisi Barat Waduk Sumberkepuh, maka akan terlihat jelas jejeran perbukitan (hutan jati) yang berada di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk. Jalur yang sama dengan yang kami lewati. Setelah selesai mengunjungi 3 waduk di Desa Sumberkepuh, Kec. Lengkong, kami kembali lagi menuju Pasar Lengkong untuk kembali melanjutkan perjalanan ke arah Kertosono.

Dari Pasar Lengkong, motor kami arahkan menuju Kertosono. Arus lalu-lintas semakin ramai begitu memasuki Kec. Kertosono, terlebih ketika memasuki area pusat kuliner yang berada di Jalan Ahmad Yani. Di ujung Jalan Ahmad Yani akan ditemui persimpangan besar. Persimpangan ini merupakan pertemuan dengan Jalan Nasional dari arah pusat kota Kab. Nganjuk. Kami pun mengarahkan motor kami ke arah Timur melalui Jalan Nasional. Tidak lebih dari 1 Km, kami sudah menyeberangi Sungai Brantas.

PERTIGAAN TERMINAL BETEK KABUPATEN BOJONEGORO

PERTIGAAN TERMINAL BETEK KABUPATEN BOJONEGORO

Sungai Brantas menjadi pembatas geografis antara Kab. Nganjuk dengan Kab. Kediri. Daerah berikutnya yang akan kami lewati. Kami berbelok ke kanan, menuju Kec. Purwosari. Jika terus mengikuti Jalan Nasional akan mengarah ke Kab. Jombang. Jalan Nasional di Kec. Purwosari merupakan jalur perlintasan truk dan bus AKAP, sehingga, pada jam-jam tertentu perjalanan akan sedikit terhambat. Jalanan cukup lebar, kondisi aspal sangat baik & masuk ke dalam kawasan yang padat permukiman penduduk.

Tepat di dekat Polsek Purwosari, kami membelokan motor ke sebuah jalan yang lebih kecil ke arah Timur. Tujuannya, tentu saja untuk menghindari jalan yang terlalu ramai. Jalanan yang kami lalui, banyak melewati area kebun tebu. Arus lalu-lintas pun didominasi oleh sepeda motor warga. Kami pun kembali ke jalan raya, tepat di Pasar Desa Wonokerto. Dari Pasar Wonokerto, kami mengambil arah ke Lapangan Bogo lalu mengikuti jalan raya utama menuju Pagu. Tepat setelah Pasar Pagu, tepatnya di seberang Lapangan Sitimerto, kami mengambil jalan ke arah kiri di perempatan. Lagi-lagi kami mengambil jalan kolektor primer. Tujuannya jelas, untuk menghindari jalanan yang ramai oleh lalu-lalang truk tebu.

Ada dua kawasan yang kami hindari di jalur ini, pertama adalah Simpang Lima Gumul, yang kedua adalah Kota Pare. Alasannya jelas, karena malas jika harus melewati daerah yang ramai. Karena itu, kami terus mengambil jalan Kolektor Primer, hingga bertemu kembali jalan Arteri Sekunder di pinggiran Kota Pare. Tepatnya di Jalan Raya Pare – Wates.

ALAS BALONG PANGGANG KABUPATEN BOJONEGORO

ALAS BALONG PANGGANG KABUPATEN BOJONEGORO

Arus lalu-lintas sudah sedikit lebih sepi, kondisi jalan beraspal mulus, jalan pun sangat lebar. Tanpa terasa, kami sudah sampai di ujung jalan yang berupa percabangan. Ke arah kanan menuju Kediri dan Simpang Lima Gumul. Kami mengambil arah kiri menuju Kab. Blitar. Memasuki Jalan Raya Plosoklaten – Wates, kami kembali beriringan dengan beberapa truk. Untungnya truk kosong, jadi jalannya lebih cepat. Perjalanan terus mengikuti jalan raya yang merupakan jalan alternatif antar kabupaten sampai memasuki Kab. Blitar.

Setiba di Pasar Patok, motor kami arahkan menuju Jalan Penataran. Jalan dari Pasar Patok hingga mendekati kawasan wisata Candi Penataran sangat ramai oleh truk tebu dan truk pasir. Kondisi jalan pun banyak yang rusak. Meskipun sepanjang jalan merupakan area permukiman, tetapi penerangan jalan hanya mengandalkan lampu dari rumah warga. Sehingga, ketika melewati area kebun akan sangat gelap. Cukup bahaya jika terlalu ngebut.

Ada yang menarik di jalur ini, tepatnya di perbatasan antara Desa Sumbersari dengan Desa Kedawung. Jalan raya berubah menjadi jalan kecil berpavling block. Di kanan & kiri jalan merupakan kebun warga & tidak ada penerangan jalan. Jalan sedikit menurun, lalu kembali sedikit menanjak. Tidak ada pagar pembatas di kanan & kiri jalan, jadi, kalau terlalu mepet, bisa-bisa langsung jatuh ke ladang. Beda tinggi antara jalan & ladang pun cukup lumayan. Ada warga yang berjaga di jalur ini. Di ujung tanjakan terdapat gapura masuk Desa Kedawung. Tidak jauh setelah gapura masuk akan ditemui persimpangan dengan akses masuk menuju area penambangan pasir.

AKSES MASUK WADUK LOGAWE

AKSES MASUK WADUK LOGAWE

Jalanan mendekati objek wisata Candi Penataran sedikit lebih lebar dan terang. Di Pasar Penataran, kami mengarahkan motor ke arah Desa Modangan. Kalau terus mengikuti jalan raya utama akan menuju ke Makam Bung Karno. Salah satu daerah yang kami hindari karena masuk area perkotaan. Memasuki Desa Modangan, jalan kembali mengecil. Penerangan jalan hanya mengandalkan dari rumah warga. Jalanan pun banyak yang rusak. Kami pun masih beriringan dengan truk pasir.

Jalanan akan tetap monoton seperti itu hingga tiba di persimpangan Jalan Raya Sidodadi. Jika mengambil arah kanan di jalan raya ini, akan tiba di jalan Nasional di daerah Garum, tetapi jadi sedikit mundur. Karena itu, kami mengambil jalur ke kiri, ke arah Kec. Gandusari. Memasuki Desa Sumberagung, jalanan kembali menjadi jalan antar desa. Sesekali permukiman warga diselingi kebun dan ladang tebu. Di sini, sudah tidak terlalu banyak truk pasir dan tebu.

Setiba di Polsek Gandusari, kami mengarahkan motor ke arah Selatan menuju Wlingi melalui Jalan Kelud. Ujung Jalan Kelud merupakan persimpangan dengan Jalan Nasional. Di sini kami mengambil ke arah Timur, menuju Wlingi. Tapi tentu saja, kami tidak mengambil jalur yang mengarah ke Alun-Alun Wlingi. Kami mengambil jalur yang langsung menuju Kantor Kepala Desa Klemunan. Ujung jalur yang berada tepat di depan Kantor Desa Klemunan merupakan pertemuan dengan Jalan Nasional yang mengarah ke Kepanjen.

PERMUKIMAN DI TIMUR WADUK SUMBERSONO

PERMUKIMAN DI TIMUR WADUK SUMBERSONO

Arus lalu-lintas mulai ramai. Dari sepeda motor, mobil pribadi, sampai truk pun ada. Setelah ini kami hanya tinggal mengikuti jalan Nasional sampai ke Kepanjen Memasuki Kesamben, arus lalu lintas semakin padat. Bahkan, perjalanan kami tersendat karena banyaknya truk tebu dari 2 arah & medan jalan yang kembali berkelok dan menaiki bukit. Karena sudah malam, arus lalu-lintas yang ramai, dan juga sudah cape, jadi kami hanya fokus mengikuti jalan dan menyalip truk-truk tebu, teman seperjalanan kami. Sedari Grobogan sampai Blitar, kami selalu beriringan atau berpapasan dengan truk tebu, bahkan di jalan potong yang sepi sekalipun. Ya, jalan potongnya lewat tengah kebun tebu, pasti barengan truk tebu.

Karena terlalu fokus, saya sampai lupa mengambil jalan yang khusus kendaraan kecil dan sepeda motor di Karangkates. Akibatnya, kami malah masuk jalur yang khusus truk. Sepanjang jalur yang berkelok dan didominasi oleh hutan, hanya motor kami satu-satunya yang melintas di sini dari arah Barat ke Timur. Selebihnya truk tebu, truk BBM, truk pasir dan aneka truk lainnya. Sementara dari arah berlawanan, sesekali kami berpapasan dengan sepeda motor warga.

Karena sudah pernah lewat jalur ini awal 2020 lalu, jadi kami tidak lagi meraba-raba jalur. Memang, berbahaya sih menjadi satu-satunya motor di jalur yang ramai oleh truk. Untungnya sesekali dari arah berlawanan tidak ada truk yang melintas, jadi kami bisa dengan mudah menyusul rombongan truk di depan kami. Kalau begini, serasa sedang berada di Tanjungsari. Kondisi jalan, medan, dan kendaraan yang melintas pun sama. Malah, kalau di Tanjungsari, truk muatan seperti truk tambang pun sering kami salip. Karena medannya dominan tanjakan bila dari arah Barat, jadi, laju truk yang searah dengan kami sangat lambat. Jadi sekalinya kami menyalip truk di depan kami, bisa sampai lebih dari 5 truk. Lumayaan, jadi mempersingkat waktu tempuh.

VIEW ARAH BARAT WADUK LOGAWE

VIEW ARAH BARAT WADUK LOGAWE

Akhirnya kami keluar dari jalur truk dan jalanan sudah bergabung kembali. Setiba di Pasar Sumberpucung, arus lalu-lintas sudah tidak seramai seperti di Kesamben & Selorejo. Mungkin karena truk masih terhambat di jalur Karangkates. Tidak sedikit juga truk yang bersitirahat setelah lolos dari jalur Karangkates. Perjalanan pun cukup lancar, kali ini kendaraan yang melintas kebanyakan sepeda motor warga, kendaraan pribadi & sesekali truk tebu. Tetapi, dari arah Timur ke Barat masih cukup banyak iring-iringan truk tebu. Karena hampir di semua wilayah di Jawa Timur sedang panen tebu, jalanan jadi meriah dengan lalu-lalang truk tebu. Tidak kebayang kalau sedang bukan musim panen tebu, pasti banyak rute yang kami lalui sedari Grobogan yang sepi, karena tidak ada truk tebu yang mengangkut hasil panen.

Memasuki Kepanjen, arus lalu-lintas sangat sepi. Kami memilih melewati jalan lingkar Kepanjen dibandingkan jalan raya utama yang melewati pusat kota. Alasannya, jelas, agar bisa lewat jalan yang sepi kendaraan. Alasan lain memilih Kepanjen ketimbang Kota Malang, yaitu agar kami hanya tinggal meneruskan jaan ke arah Timur dan sudah bebas dari arus lalu-lintas dan kemacetan perkotaan.

Setiba di tempat menginap, badan baru terasa lemas. Bahkan p*nt*t rasanya sakit sekali. Kami pun memutuskan untuk menginap 2 malam di Kepanjen. Padahal rencananya, sebelum sampai di tujuan utama kami di Kota Lumajang, kami menargetkan hanya menginap semalam saja. Ini adalah perjalanan terpanjang kedua kami selama perjalanan ini. Perjalanan terpanjang kami adalah ketika pulang dari Kepanjen nanti. Kami tiba di Kepanjen tepat pukul 21.00 WIB. Sangat malam menurut standar kami.

VIEW ARAH BARAT WADUK SUMBERKEPUH

VIEW ARAH BARAT WADUK SUMBERKEPUH

VIEW ARAH BARAT WADUK SUMBERSONO

VIEW ARAH BARAT WADUK SUMBERSONO

VIEW ARAH SEALATAN WADUK SUMBERKEPUH

VIEW ARAH SEALATAN WADUK SUMBERKEPUH

VIEW ARAH SELATAN WADUK SUMBERKEPUH

VIEW ARAH SELATAN WADUK SUMBERKEPUH

VIEW ARAH TIMUR WADUK LOGAWE 2

VIEW ARAH TIMUR WADUK LOGAWE 2

VIEW ARAH TIMUR WADUK LOGAWE 3

VIEW ARAH TIMUR WADUK LOGAWE 3

VIEW ARAH TIMUR WADUK LOGAWE

VIEW ARAH TIMUR WADUK LOGAWE

VIEW ARAH TIMUR WADUK SUMBERSONO

VIEW ARAH TIMUR WADUK SUMBERSONO

VIEW ARAH UTARA WADUK LOGAWE

VIEW ARAH UTARA WADUK LOGAWE

VIEW ARAH UTARA WADUK SUMBERSONO

VIEW ARAH UTARA WADUK SUMBERSONO

MASUK KABUPATEN KEDIRI

MASUK KABUPATEN KEDIRI

WADUK SUMBERKEPUH KABUPATEN NGANJUK

WADUK SUMBERKEPUH KABUPATEN NGANJUK

 
Leave a comment

Posted by on January 13, 2023 in OUR JOURNEY, Travelling